FAKTA MAKASSAR – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhirnya menghentikan sementara aktivitas peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS). Hal ini buntut dugaan bunuh diri dokter muda berinisial ARL (30) yang depresi akibat bully seniornya di Universitas Diponegoro (Undip).
Ini terlihat dari surat surat yang dikeluarkan Kemenkes pada Rabu 14 Agustus 2024, tentang penghentian sementara PPDS dilakukan guna mendukung investigasi lebih lanjut.
Baca Juga: Ketua BPIP Minta Maaf soal Lepas Jilbab Paskibraka, Andre sebut Yudian Bikin Sulit Negara
“Sehubungan dengan dugaan terjadinya perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang ada di RSUP dr Kariadi, yang menyebabkan terjadinya bunuh diri pada salah satu peserta didik program studi anestesi Universitas Diponegoro, maka disampaikan kepada saudara untuk menghentikan sementara program studi anestesi di RSUP dr Kariadi sampai dilakukannya investigasi dan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit Kariadi dan FK Undip. Penghentian program studi sementara tersebut berlaku sejak surat ini diterbitkan,” tulis surat Kemenkes dikutip Kamis 15 Agusrus 2024.
Penghentian itu akibat daro adanya seorang dokter muda di Semarang diduga bunuh diri di dalam kamar kos lantaran depresi karena alami perundungan dari senior di kampus. ARL (30) merupakan seorang peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro.
Kabar meninggalnya dokter muda ini viral di media sosial X (dahulu Twitter) yang diunggah oleh akun @dr_koko28, yang merupakan seorang dokter. Dalam unggahan itu, dokter menyinggung soal depresi pada peserta PPDS.
“Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Dengar kabar ada dokter PPDS yang meninggal diduga bunuh diri. Ternyata tahun lalu, beliau sempat mengisi survei Kemenkes soal depresi. Sebuah kehilangan berharga,” kata dr Andi dikutip Kamis 15 Agustus 2024.
Andi melanjutkan apa pun penyebab kematian Aulia, harus jadi pertama dan yang terakhir.
“Bagaimana kita memandang dan memperlakukan dokter junior dan PPDS ini jelas perlu bentuk pendekatan baru yang lebih memanusiakan mereka. Resiprokal,” ungkapnya.
Baca Juga: BPBD Sanggau Serahkan Bantuan Korban Longsor di Entikong
Diketahui ARL menyuntikan obat ke dalam tubuhnya hingga menyebabkan meninggal dunia. Masih dari unggahan di X, warganet menyebut saat ARL ditemukan tak bernyawa di kamas kos, juga ditemukan buku harian yang berisikan aksi perundungan selama PPDS.