Faktamakassar.id, NASIONAL – Misteri yang menyelimuti meninggalnya diplomat muda sekaligus staf Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), kini menjadi fokus utama penyelidikan Polda Metro Jaya. Untuk mendapatkan jawaban yang akurat dan berbasis ilmiah, kepolisian tidak bekerja sendiri. Sejumlah tim ahli dari berbagai disiplin ilmu telah dikerahkan untuk mengungkap secara tuntas penyebab kematian Arya Daru Pangayunan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, pada Kamis, menegaskan bahwa pendekatan ilmiah menjadi prioritas utama dalam menangani kasus ini. Menurutnya, kolaborasi para ahli sangat krusial untuk menghasilkan pembuktian yang tidak terbantahkan.
“Jadi, untuk tercapainya pembuktian secara ilmiah, maka ada beberapa ahli yang dilibatkan dalam pengungkapan peristiwa ini,” kata Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi saat ditemui di Jakarta.
Polda Metro Jaya merinci setidaknya ada empat tim ahli yang terlibat. Pertama adalah Tim Kedokteran Forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang bertugas melakukan autopsi. Pemeriksaan ini juga mencakup analisis toksikologi untuk mendeteksi kemungkinan adanya zat kimia atau racun di dalam tubuh korban.
“Dalam pemeriksaan autopsi terhadap jenazah korban ini juga dilakukan pemeriksaan toksikologi untuk dilakukan pemeriksaan apakah dalam jenazah ini ada kandungan kandungan zat kimia, racun, dan sebagainya,” ucapnya.
Selanjutnya, Tim Inafis Bareskrim Polri diturunkan untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), khususnya dalam pemeriksaan dan pengambilan sampel sidik jari dari berbagai barang bukti. Di sisi digital, Tim Forensik dan Analisis dari Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya juga bekerja untuk memeriksa bukti elektronik seperti laptop, ponsel, dan rekaman CCTV yang ditemukan.
“Ahli selanjutnya adalah Tim Digital Forensik dan Analisis Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya yang melakukan pemeriksaan secara laboratoris terhadap barang bukti elektronik yang ditemukan di TKP dan untuk mengungkap peristiwa ini seperti laptop, handphone, CCTV,” jelas Ade Ary.
Tidak hanya dari sisi fisik dan digital, penyelidikan juga mendalami aspek psikologis korban dengan melibatkan Tim Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Indonesia.
“Ini juga kami lakukan ya, untuk mengumpulkan peristiwa ini secara utuh, Tim Apsifor ini mempunyai metode pemeriksaan sendiri untuk melakukan penggalian terhadap latar belakang korban,” tambahnya.
Harapan agar kasus ini segera menemui titik terang juga datang dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Komisioner Kompolnas, Mohammad Choirul Anam, menyatakan bahwa sebagian besar bukti, termasuk rekam jejak digital, telah dikantongi penyidik. Kini, semua pihak menanti hasil autopsi yang dianggap sebagai kunci pengungkapan penyebab kematian Arya Daru Pangayunan.
“Kami harap memang sesegera mungkin, kalau bisa minggu ini ya bagus, sehingga terangnya peristiwa, hasil otopsi, nanti kita juga bisa sandingkan dengan beberapa hal yang mereka (polisi) dapatkan,” kata Anam pada Selasa (22/7).
Anam menyebut sejauh ini tidak ada kendala berarti dalam proses penyelidikan. Ia optimistis bahwa hasil autopsi akan melengkapi kepingan puzzle yang ada dan membuat kasus ini menjadi jelas.
“Semoga hanya tinggal autopsi saja dan segera bisa diumumkan karena ini penting. Terangnya peristiwa, membuat banyak hal bisa maksimal,” tutupnya.















